Anglo Saxon : Istilah Akuntansi yang Berkembang di Amerika – Akuntansi merupakan ilmu yang penting untuk dipelajari karena akan membantu pencatatan keuangan dengan lebih baik. Perkembangan ilmu akuntansi tidak lepas dari sejarah awal kemunculannya hingga dikenal luas oleh masyarakat Indonesia.
Sistem pengelolaan keuangan menggunakan sistem akuntansi lebih mudah dilakukan karena sudah ada sistematika dalam penyusunannya. Sistem akuntansi yang saat ini berkembang di Amerika Serikat dikenal dengan sistem Anglo Saxon. Istilah tersebut digunakan dengan seiring berkembangnya dunia bisnis dan akuntansi yang digunakan oleh para pebisnis.
Namun, apa itu sebenarnya Anglo Saxon? Berikut ini penjelasan mengenai Anglo Saxon, sistem akuntansi yang berkembang di Amerika Serikat.
Table of Contents
Pengertian
Sebagian dari Anda mungkin masih asing dengan istilah satu ini. Berdasarkan laman Wikipedia, Anglo Saxon adalah berbagai negara maritime kepulauan yang berada di benua Eropa. Selain itu, Anglo Saxon juga adalah berbagai negara yang termasuk ke dalam Inggris Raya dan kepulauan Inggris.
Anglo Saxon pun merupakan berbagai negara yang memiliki budaya khusus dan berbeda dengan sejarah budaya lainnya di berbagai negara daratan lainnya yang dikenal dengan Kontinental. Negara Irlandia, Inggris, Australia, dan Amerika Serikat adalah berbagai negara yang termasuk ke dalam istilah ini.
Sejarah Singkat Akuntansi
Pada awalnya, sistem akuntansi dan sistem pembukuan perdagangan dilakukan dengan cara yang sangat sederhana. Yakni dicatat pada kulit kayu, batu, dan lain sebagainya. Catatan akuntansi paling tua yang saat ini masih tersimpan berasal dari Babilonia, tepatnya 3600 tahun sebelum masehi. Penemuan yang sama juga ditemukan di Mesir dan Yunani Kuno.
Namun, pencatatan tersebut belum dilakukan dengan cara yang sistematis dan kerap kali tidak lengkap. Pencatatan yang lebih lengkap kemudian dikembangkan di Italia setelah dikenalnya berbagai angka desimal arab dan semakin berkembang pada dunia bisnis pada kala itu.
Perkembangan ilmu akuntansi pun terjadi bersamaan dengan ditemukannya sistem pembukuan berpasangan atau sistem double entry oleh para pedagang dari Venesia. Di mana kota Venesia adalah kota perdagangan yang sangat terkenal di Italia pada masa itu.
Maka di tahun 1494 pun diterbitkan suatu buku terkait pelajaran pembukuan berpasangan yang ditulis oleh seorang ahli agama dan juga ahli matematika bernama Luca Pacioli. Buku itu berjudul Summa de Arithmatica, Geometrica, Proportioni et Proportionalita yang mana di dalamnya berisi tentang pembelajaran ilmu pasti.
Di dalam buku tersebut terdapat beberapa lembar halaman yang berisi tentang pelajaran pembukuan untuk setiap pebisnis. Halaman yang berisi pembelajaran pembukuan tersebut memiliki judul Tractatus de Computis et Scriptorio. Kemudian, buku tersebut tersebar di daratan Eropa Barat dan dikembangkan oleh para pengarang selanjutnya. Sistem pembukuan tersebut pun mengalami perkembangan dengan sistem yang menyebut asal dari negaranya masing-masing. Seperti sistem Inggris, Belanda dan juga sistem Amerika Serikat. Sistem Belanda atau tata pembukuan di negara tersebut dikenal dengan sistem kontinental, sedangkan sistem pembukuan di Inggris dan Amerika Serikat dikenal dengan sistem Anglo Saxon.
Perkembangan sistem kontinental menuju Anglo Saxon di abad pertengahan terjadi pada pusat perdagangan Eropa Barat. Kala itu di Eropa Barat, terutama Inggris menjadi pusat perdagangan di masa revolusi industri. Pada masa itu juga terjadi perkembangan akuntansi dengan sangat pesat.
Perkembangan Akuntansi Kontinental dan Akuntansi Anglo Saxon
Di zaman kolonial Belanda, berbagai perusahaan di Indonesia kala itu lebih mengenal penggunaan tata buku. Akuntansi berbeda dengan tata buku, walaupun memang pada dasarnya berasal dari sistem double entry. Ruang lingkup akuntansi sangatlah luas, salah satunya adalah teknik pembukuan. Setelah melewati tahun 1960, akuntansi yang dikenal dengan Anglo Saxon pun mulai diperkenalkan di Indonesia. Sehingga, sistem pembukuan yang digunakan di Indonesia pun mengalami perubahan, dari sistem Eropa yaitu Kontinental menjadi sistem Amerika atau Anglo Saxon.
Di negara Inggris sendiri, menerapkan pendekatan konservatif yang berbeda dari kebanyakan negara Anglo Saxon lainnya. Di mana terdapat selisih penilaian kembali apda aktiva tetap, seperti tanah dan bangunan untuk bisa menilai pasar. Persediaan biaya pun ditentukan dengan menggunakan metode FIFO untuk kebutuhan pajak. Sedangan metode LIFO tidak diperkenankan.
Untuk bisa melakukan identifikasi pada perbedaan perhitungan antar bangsa Eropa Barat, maka seorang ahli bernama Nobes membuat klasifikasi yang berkaitan dengan harmonisasi akuntansi dalam masyarakat Eropa dan proses perkembangan yang signifikan dengan daerah pemeriksa pertama, yang mana memiliki dampak besar pada perkembangan dunia akuntansi.
Dirinya melakukan identifikasi pada beberapa bidang, seperti format akun, publikasi dan audit, konservatisme dalam menyediakan informasi akuntansi, informasi wajar yang bisa dipublikasikan, dasar penilaian, praktik konsolidasi, dan berbagai hal lainnya sebagai latar belakang akuntansi yang berbeda, sehingga akan berdampak pada perkembangan akuntansi di berbagai negara. Di awal tahun1930-an, di sebagian besar negara di benua Eropa, konsolidasi adalah perkembangan baru yang berasal dari berbagai negara yang paling banyak diadopsi direktif ketujuh di tahun 1985.
Nobes pun melakukan identifikasi perbedaan utama antar berbagai negara Eropa menjadi dua kelompok klasifikasi. Normalisasi laporan keuangan tahunan yang pantas untuk negara-negara penganut Anglo Saxon ini terdiri dari isi laporan keuangan, berbagai unsur deskriptif, isi dari berbagai sel, peraturan standar, dan prosedur akuntansi, serta penyajian laporan keuangan.
Perlakuan Sistem Akuntansi Kontinental Anglo Saxon
Pada awalnya, sistem akuntansi di Indonesia menganut sistem kontinental, seperti yang pada saat itu dilakukan oleh Belanda.
Sistem tersebut juga sebenarnya berbeda dengan sistem akuntansi, yang mana tata buku atau pengelolaan pencatatannya berkaitan dengan berbagai kegiatan yang lebih bersifat konstruktif, seperti pencatatan, peringkasan, penggolongan dan berbagai kegiatan lainnya agar bisa menciptakan sistem informasi akuntansi yang berdasarkan pada data.
Sedangkan akuntansi sendiri berkaitan dengan berbagai kegiatan yang bersifat konstruktif dan analitikal, seperti kegiatan analisis dan interpretasi dengan berdasarkan informasi akuntansi. Sehingga, bisa ditarik kesimpulan bahwa pembukuan adalah salah satu bagian dari kegiatan akuntansi. Untuk kegiatan tata buku sendiri sudah mulai ditinggalkan oleh para pebisnis. Berbagai individu dan perusahaan semakin banyak yang menggunakan sistem akuntansi Anglo Saxon.
Perkembangan sistem Anglo Saxon di Indonesia terjadi karena adanya investasi asing yang memberikan dampak positif pada perkembangan akuntansi di Indonesia. Pasalnya, sebagian besar investasi asing menggunakan sistem akuntansi Amerika Serikat, yakni Anglo Saxon. Faktor lainnya adalah karena para investor asing yang berperan dalam kegiatan perkembangan akuntansi di Indonesia tersebut telah menyelesaikan pendidikannya di Amerika, sehingga mereka menerapkan ilmu akuntansi tersebut di Indonesia.
Demikianlah penjelasan sederhana tentang sistem akuntansi Anglo Saxon. Namun, bila Anda kesulitan atau tidak memiliki waktu yang cukup untuk menyelesaikan kegiatan akuntansi perusahaan, maka Anda bisa mempercayakannya pada IPOS.
IPOS akan mencatat kegiatan transaksi Anda secara otomatis dan akan menyajikan laporan keuangan yang siap digunakan. Selain itu, di dalamnya juga telah disediakan berbagai fitur bisnis luar biasa yang akan memudahkan Anda dalam melakukan kegiatan jual beli, mengelola persediaan barang di gudang, dan masih banyak lagi. Sehingga, Anda bisa lebih mudah dalam menjalankan dan mengembangkan bisnis.
Coba gratis IPOS di sini.
Kata kunci : Aplikasi Toko Ritel dan Grosir, Software Toko dan Grosir, Software Toko Lengkap, Software Toko Murah, Software Kasir, Aplikasi Kasir, Software Toko IPOS, IPOS 5, IPOS 4